Rabu, 19 Desember 2018

Sudah Terlalu Murah, Harga Minyak Mulai Naik Tipis

PT BESTPROFIT FUTURES BANJARMASIN


PT BESTPROFIT FUTURES - Jakarta,  Pagi ini (19/12/2018) hingga pukul 10:47 WIB, harga minyak mentah jenis Brent mulai menunjukkan rebound tipis sebesar 0,39% ke US$ 56,48/barel setelah jatuh cukup dalam sebesar 5,62% pada penutupan perdagangan sesi kemarin.

Nasib yang sama juga dialami harga minyak jenis lightsweet (WTI) yang sedikit terdongkrak sebesar 0,3% ke US$ 46,38/barel setelah sempat terperosok cukup jauh sebesar 7,3% pada penutupan perdagangan sesi kemarin. - PT BESTPROFIT BANJARMASIN

Meskipun menunjukkan nilai yang positif, namun harga minyak mentah dunia masih tetap dibayang-bayangi awan kelabu. Kenaikan harga hari ini relatif kecil bila dibandingkan dengan koreksi hingga 7% pada perdagangan kemarin. Diprediksi kenaikan ini disebabkan adanya aksi beli investor mengingat kemarin merupakan harga minyak terendah sejak akhir tahun lalu.

Secara detail, harga minyak WTI menyentuh rekor terendah sejak Agustus 2017, sedangkan harga brent terjerumus ke titik terendah sejak Oktober 2017. - PT BEST PROFIT

"Kombinasi berbahaya antara kekhawatiran akan kelebihan pasokan dan gejolak pertumbuhan ekonomi dunia akan membuat harga minyak merintih hingga akhir tahun. Hal ini disebabkan karena sentimen negatif yang memempin pergerakan harga minyak," kata kepala perdagangan untuk Asia-Pasifik OANDA, Stephen Innes seperti dikutip Reuters.


Dari sisi fundamental, pasokan masih membanjir di pasar. Kapasitas produksi minyak mentah Arab Saudi, Amerika Serikat (AS), dan Rusia saat ini sudah hampir menyentuh rekor tertingginya.

Pemerintah Negeri Paman Sam mengatakan bahwa pada akhir Desember mendatang, produksi minyak serpih AS akan naik menjadi lebih dari 8 juta barel per hari. - BESTPROFIT BANJARMASIN

Sedangkan Rusia mencatatkan produksi minyak mentah sebesar 11,42 juta barel ber hari pada bulan ini, yang merupakan rekor tertinggi dalam sejarah Negeri Beruang Merah.

Sementara itu, beberapa analis mengatakan bahwa sejauh ini rencana Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC)dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) untuk memangkas keran produksi pada Januari mendatang, masih belum bisa membawa sentimen positif di pasar minyak mentah dunia. - BEST PROFIT

Perlu diketahui bahwa  pada awal bulan ini OPEC bersama Rusia telah bersepakat untuk menurunkan jumlah produksi sebesar 1,2 juta barel/hari pada Januari 2019.

Melimpahnya produksi minyak terjadi kala ekonomi global melambat. Dalam laporan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) bulan lalu, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diproyeksikan di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%.   - BPF BANJARMASIN

Sedangkan ekonomi AS tahun ini diramal tumbuh 2,9% sebelum melambat ke 2,7% tahun depan. Kemudian pertumbuhan ekonomi Uni Eropa pada 2018 diperkirakan sebesar 1,9% dan melambat ke 1,8% pada 2019. 

Dari Asia, ekonomi China tahun ini diproyeksikan tumbuh 6,6% sebelum melambat ke 6,3% tahun depan.

Artinya, aktivitas ekonomi akan kurang bergairah sehingga permintaan energi terbatas. Padahal produksi sedang tinggi-tingginya, sehingga yang terjadi adalah oversupply yang membuat harga turun signifikan.

Beruntung, masih ada faktor yang menyokong pergerakan harga si emas hitam hari ini, yakni potensi berkurangnya pasokan minyak mentah dunia dari Afrika. Fenomena ini disebabkan oleh gejolak yang terjadi pada produksi minyak di Libya.

Minggu lalu, perusahaan minyak negara milik Libya, National Oil Company (NOC) mengumumkan keadaan kahar (force majeure) untuk ekspor minyak mentah dari lapangan minyak terbesarnya, El Saharara.

Penyebabnya adalah adanya serangan grup pemberontak pada lapangan minyak tersebutNOC mengatakan bahwa ditutupnya lapangan El Sharara akan menyebabkan hilangnya produksi 315.000 barel/hari, plus 73.000 barel/hari dari lapangan El Feel, seperti dilansir dari Reuters.

Libya memang bukan produsen utama di OPEC, namun produksinya mencapai 817.000 barel/hari pada 2017. Di tahun yang sama, ekspor minyak mentahnya mencapai 792.000 barel/hari. Disrupsi yang terjadi di Libya lantas memberikan persepsi bahwa pasokan global akan lumayan berkurang.


Sumber : CNBC Indonesia

PT BESTPROFIT FUTURES, PT BEST PROFIT FUTURES, PT BESTPROFIT, PT BEST PROFIT,  BESTPROFIT FUTURES, BEST PROFIT FUTURES, BESTPROFIT, BEST PROFIT, BESTPRO, BPF, PT.BPF, BPF BANJAR, BPF BANJARMASIN, PT BEST, PT BPF

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar