Rabu, 31 Oktober 2018

Dibuka Menguat, Rupiah Terpeleset ke Zona Merah


PT BESTPROFIT FUTURES BANJARMASIN


PT BESTPROFIT FUTURES -Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun apresiasi rupiah semakin tipis dan kemudian terpeleset ke zona merah.

Pada Rabu, US$ 1 dihargai Rp 15.215 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,05% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  - PT BEST PROFIT

Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah yang terbatas itu semakin tipis. Pada pukul 08:10 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 15.220 di mana penguatan rupiah tinggal 0,01%. 


Rupiah sudah berdiri di lapisan es yang sangat tipis, bisa sewaktu-waktu jatuh ke teritori depresiasi. Kemungkinan itu ada karena mata uang utama Asia lainnya melemah.

Benar saja. Pada pukul 08:16 WIB rupiah sudah melemah 0,05% karena dolar AS dibanderol Rp 15.230.

Rupiah kini sejajar dengan mata uang utama Asia yang melemah di hadapan dolar AS. Pelemahan terdalam dialami oleh rupee India, disusul yen Jepang dan baht Thailand.   - PT BESTPROFIT
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:17 WIB:

Dolar AS vs Mata Uang Asia

Mata Uang    Kurs     Perubahan (%)
USD/CNY            6.97     0.08
USD/HKD            7.84     0.03
USD/INR            73.67     0.37
USD/JPY            113.28     0.18
USD/KRW            1,139.76 0.09
USD/MYR            4.18     0.07
USD/PHP            53.54     0.04
USD/SGD            1.38     0.06
USD/THB            33.29     0.12
USD/TWD            30.96     0.05



Konsumen AS Pede, Dolar Menguat

Well, memang sulit membendung keperkasaan dolar AS yang menguat secara global. Pada pukul 08:18 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%.  - BEST PROFIT

Kekuatan dolar AS hari ini datang dari rilis data ekonomi terbaru yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Oktober, The Conference Board menyebut IKK berada di 137,9. Ini merupakan angka tertinggi sejak September 2000 atau dalam 18 tahun.

"Konsumen tidak melihat ekonomi kehilangan kekuatannya. Bahkan konsumen meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi yang kencang masih akan terus terjadi hingga awal 2019," tegas Lynn Franco, Direktur di The Conference Board, dikutip dari Reuters.  - BESTPROFIT

Jika konsumen Negeri Paman Sam masih pede, maka mereka akan terus berbelanja. Artinya tekanan inflasi dari sisi permintaan tetap akan tinggi, yang membuat The Federal Reserve/The Fed makin punya alasan untuk melanjutkan siklus kenaikan suku bunga acuan.

Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega kembali menaikkan Federal Funds Rate pada Desember. Menurut CME Fedwatch, probabilitas kenaikan sebesar 25 basis poin pada rapat The Fed 19 Desember adalah 66,9%. 

Meski bertujuan untuk mengendalikan permintaan, kenaikan suku bunga acuan punya efek samping ikut mengerek imbalan investasi utamanya di instrumen berpendapatan tetap. Oleh karena itu, dolar AS akan kembali mendapat energi penguatan setiap kali ada kabar kenaikan suku bunga acuan. Ini tentu bukan kabar baik bagi rupiah dan kawan-kawan di Asia

Sumber : CNBC Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar