Kamis, 30 Agustus 2018

Ada Campur Tangan Tim Jackie Chan di 'Wiro Sableng 212'

PT BESTPROFIT FUTURES BANJARMASIN




PT BESTPROFIT FUTURES - Jakarta, Salah satu anggota tim Jackie Chan terlibat dalam produksi film Wiro Sableng 212 hasil kerja sama Lifelike Pictures dari Indonesia dan Fox International Productions.

Produser sekaligus penulis naskah Sheila Timothy mengatakan, ia merekrut Chan Man Ching sebagai fighting director, di samping Yayan Ruhian sebagai koreografer. - PT BEST PROFIT

Itu dilakukan karena adegan laga menjadi sajian utama Wiro Sableng 212. Lala-sapaan akrab Sheila Timothy-pun ingin melibatkan orang terbaik dalam bidangnya untuk menggarap itu. Selain koreografer, ia butuh fighting director agar adegan laga semakin terlihat mulus.

Kalau Yayan berpengalaman di The Raid (2011) dan The Raid 2 (2014), bahkan Star Wars: The Force Awakens (2015), jangkauan Man Ching lebih luas lagi. - PT BESTPROFIT

"Chan Man Ching dari China, dan dia adalah tim Jackie Chan. Dia terlibat dalam film Hellboy II: The Golden Army [2008] dan Rumble in the Bronx [1995]," kata Lala dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com di kawasan Jakarta Pusat, pekan lalu.

Man Ching sudah 35 tahun berkecimpung dalam dunia film.

Lewat berbagai film ia bekerja sama dengan Jackie Chan sebagai koreografer dan assistant stunt coordinator. Beberapa di antaranya adalah Rush Hour (1998), Mr. Nice Guy (1997) dan Police Story 4: First Strike (1996). Menariknya, Man Ching punya kaitan dengan Indonesia. - BEST PROFIT

Ia bukan keturunan China asli. Ayah kandungnya justru seorang Jawa yang tinggal di Hongkong sejak menikah dengan ibunya, seorang asli China.
Sejak 2010, Man Ching berdomisili di Brunei Darussalam. Di sana ia masih sempat menggarap beberapa film, salah satunya tetang silat, bertajuk Yasmine (2014). Secara tidak langsung film itulah yang berhasil 'memperkenalkannya' kepada Lala, lalu terlibat di Wiro Sableng.

"Saya bisa terlibat dalam film ini karena kenal dengan orang marketing Lifelike waktu di Brunei. Dia rekomendasi saya ke Lala karena sebelumnya saya terlibat film Yasmine sebagai action director," kata Man Ching kepada CNNIndonesia.com awal pekan ini. - BESTPROFIT


Film itu pun membuatnya agak familier dengan silat.


Wiro Sableng 212 pun menjadi film Indonesia pertama Man Ching terlibat. Ia merasa nyaman dan senang bisa bekerja sama dengan sineas Indonesia yang menurutnya sangat berkualitas.

Semua tim dan kru, kata Man Ching, bekerja sama dengan baik dan sangat profesional. Dari film ini Man Ching belajar bagaimana budaya bekerja di dunia perfilman Indonesia.

"[Salah satu alasan saya mau bekerja sama dalam film ini] karena ingin belajar sejarah, gaya, karakter dan budaya [perfilman] Indonesia. Saat bekerja dengan sineas Indonesia saya merasa nyaman," kata Man Ching dalam bahasa Inggris yang kental dengan logat China.

Selama menggarap Wiro Sableng 212 Man Ching mengaku tidak mengalami kesulitan karena menurutnya Yayan sudah membuat koreografi silat yang bagus. Ia hanya perlu menyesuaikan pergerakan kamera agar adegan bertarung tertangkap dengan baik di layar lebar.

Ada beberapa sudut pengambilan gambar yang diubah sedikit karena ingin menangkap gerakan detail silatnya. Namun ia tidak benar-benar mengubah koreografi bikinan Yayan.

"Ketika mengerjakan film action saya berpikir bagaimana kamera menangkap adegan pertarungan dengan baik. Kamera bergerak mengalir mengikuti mood koreografi, bukan hanya menangkap pertarungan [pukul-pukulan] saja," kata Man Ching menjelaskan.

Ketika diminta membandingkan apakah koreografi yang dibuat Yayan sebagus Jackie Chan, Man menjawab dengan diplomatis. Ia menilai gaya koreografi silat dan kung fu berbeda.

Sumber : CNN Indonesia

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar