PT BESTPROFIT FUTURES BANJARMASIN
PT BESTPROFIT FUTURES - JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Metro Jaya mengungkap kasus pencurian data nasabah dan jaringan pembobol kartu kredit. Data nasabah bank dibeli para pembobol kartu kredit dari situs web temanmarketing.com. Dari perbuatan tersebut, mereka meraup keuntungan ratusan juta rupiah. Pemilik situs web itu juga ditangkap polisi karena menjual ribuan data nasabah dengan dalih untuk membantu pihak markerting menjual produk ke konsumen.
Para pelaku berinisial NM, AN, dan TA diringkus polisi pada Minggu. Berikut ini Kompas.com merangkum tujuh fakta dari kasus pembobolan kartu kredit ini.
1. Data nasabah dibeli via situs web
Para pembobol kartu kredit ternyata membeli database nasabah dari situs web temanmarketing.com milik seorang pria berinisial IS. Pembelian dapat dilakukan secara online dan pembayaran dilakukan melalui transfer antarrekening bank. Jadi, tak perlu bertemu untuk melakukan transaksi. - BEST PROFIT
sangat terbuka dan dapat diakses siapa saja. IS berdalih, penjualan database nasabah ini ditujukan untuk para marketing yang hendak mempromosikan produknya. Kepada polisi IS mengaku memiliki lebih dari satu situs web. Polisi masih menyelidikinya dan akan segera melakukan pemblokiran.
2. 1000 data nasabah dihargai Rp 1 juta
Pemilik temanmarketing.com mematok harga Rp 1 juta untuk 1.000 database. Meski demikian, tak semua database ini aktif. Pembeli akan memilah data tersebut terlebih dahulu. Dengan harga tersebut, pembeli dapat memeroleh nama lengkap, nama ibu kandung, nomor telepon, dan data lain yang bersifat sangat pribadi bagi nasabah. IS mengaku mendapatkan database nasabah ini dari website lain dan dari berbagai forum kaskus. - BESTPROFIT
Panit 2 Unit 2 Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Abdul Rohim mengatakan, IS membeli database tersebut dengan harga Rp 1 juta per 1.000 data. "Tapi kan databasenya dapat dijual berkali-kali, jadi di situ keuntungannya," ujar Abdul, Selasa (17/4/2018). Tampilan situs web temanmarketing.com yang menjual data nasabah. Tampilan situs web temanmarketing.com yang menjual data nasabah.(Bidik layar situs temanmarketing.com)
3. Mengaku jadi nasabah
Metode pertama yang dilakukan para pembobol kartu kredit adalah dengan mengaku sebagai nasabah. Setelah mendapatkan data para nasabah, pelaku mengecek data mana yang masih merupakan nasabah aktif. Kemudian mereka menghubungi call centre bank tertentu, mengaku sebagai nasabah bank dan meminta kepada customer service bank untuk meng-update atau memperbarui nomor ponsel data nasabah itu dengan dalih kartu kreditnya sedang mengalami kerusakan. Baca juga : Ini Cara Pelaku Bobol Kartu Kredit Bermodalkan Data Nasabah Curian Berdasarkan permintaan pelaku, kemudian bank melakukan verifikasi dengan cara memberikan berbagai pertanyaan detail kepada pelaku. “Dengan data yang sudah didapatkan oleh tersangka NM, maka tersangka mampu menjawab pertanyaan dari pihak bank. Termasuk data nama orangtua maupun tanggal lahir,” ujar Abdul. - PT BEST PROFIT
Setelah lolos verifikasi pihak bank maka tersangka mendapatkan OTP (One Time Password). NM kemudian meminta customer service bank untuk segera menerbitkan kartu kredit baru dan meminta agar kartu tersebut dikirim ke alamat rumah tersangka. Satu minggu kemudian kartu diantar ke alamat yang pelaku minta. Barulah pelaku dapat melakukan transaksi tarik tunai maupun belanja online. Baca juga : Pemilik Situs Web Jual Beli Data Nasabah Seorang Ahli IT
4. Mengaku jadi pihak bank
Modus kedua adalah berpura-pura menjadiadi petugas bank. Mereka akan menghubungi korban dengan mengaku sebagai pihak bank dan memberitahukan bahwa kartu kredit milik korban sedang mengalami kerusakan. “Lalu korban diminta menyebutkan ATP tiga digit angka yang ada di belakang kartu. Serta tanggal kadaluwarsa kartu kredit milik korban,” jelas Abdul. Baca juga : Spesialis Pengganjal Kartu ATM Total Gasak Rp 1,1, - PT BESTPROFIT
Miliar Uang Nasabah Setelah tersangka menguasai data kartu kredit milik korban, tersangka menggunakan data kartu kredit tersebut untuk transaksi tunai maupun online. Para tersangka kasus pembobolan data nasabah bank saat di Mapolda Metro Jaya, Senin. Para tersangka kasus pembobolan data nasabah bank saat di Mapolda Metro Jaya, Senin (18/12/2017).(Kompas.com/Akhdi Martin Pratama)
5. Gunakan ratusan nomor pribadi
Abdul mengimbau para nasabah tak mudah percaya dengan info perbankan yang diterima dari penelepon dengan nomor telepon pribadi. "Mereka pakai nomor telepon pribadi biasanya. Para pembobol juga menggunakan 80 sampai 100 nomor telepon berbeda untuk menghubungi korbannya," ujar Abdul. Abdul mengatakan, langkah pertama yang dilakukan para pembobol kartu kredit ini adalah memastikan status nasabah bank masih aktif. Mereka memilah data nasabah tersebut dengan cara mengecek keaktifan nomor telepon nasabah.
Ini Tanggapan Perbankan "Awalnya mereka missed call dulu targetnya. Kalau aktif nomornya, mereka telepon dengan nomor lain dan mengaku sebagai pihak bank," lanjut Abdul. Abdul menyarankan, nasabah tak langsung percaya dengan informasi semacam ini.
Ia menyarankan nasabah mengkonfirmasi langsung ke pihak bank jika mendapatkan info mencurigakan apalagi jika diminta menyebutkan kode-kode khusus.
6. Pakai kartu kredit untuk belanja online dan tarik tunai
Para pembobol kartu kredit biasanya menggunakan kartu kredit untuk melakukan tarik tunai dan melakukan transaksi belanja online. Tagihan transaksi yang dilakukan nantinya akan ditujukan kepada nasabah asli pemilik karti kredit.
Hal ini sempat dialami seorang nasabah berinisial D. Ia menerima tagihan hingga Rp 55 juta walaupun tak pernah melakukan transaksi. Sebaiknya, jika Anda mendapatkan tagihan-tagihan tertentu yang dirasa tak wajar, segeralah melapor ke bank yang bersangkutan.
7. Keuntungan ratusan juta rupiah
Jaringan pembobol kartu kredit NM yang telah diringkus polisi mengaku dua puluh kali melancarkan aksinya. Mereka bahkan mengaku mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 500 juta.
Aksi mereka terungkap sebelum lebih banyak lagi nasabah menjadi korban. Meski demikian, tak menutup kemungkinan masih ada jaringan lain di luar sana. "Website IS ini kan terbuka ya, makanya kami masih telusuri ada tidak yang menyalahgunakan database ini untuk tindakan kriminal," sebut Abdul.
0 komentar:
Posting Komentar