"Dukungan dan cinta yang saya dapat ketika berkunjung ke Indonesia luar biasa," kata Durov dalam channel Telegram-nya, Rabu, 2 Agustus 2017.
Durov datang ke Jakarta untuk bertemu Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam rangka menindaklanjuti pemblokiran Telegram oleh pemerintah Indonesia. Kata dia, sebelumnya ia mencoba menghubungi Rudiantara melalui e-mail, tapi mengalami kendala teknis.
BESTPROFIT FUTURES - "E-mail tidak dapat dipercaya, mari kita semua beralih ke Telegram," kata Durov. Namun pada akhirnya ia merasa senang karena bisa membangun koneksi personal yang hebat dengan menteri itu. Selain bertemu Rudiantara, dia bertemu dengan programmer lokal dan pengguna awal Telegram di Indonesia.
Menurut Durov, tidak bisa ada rahasia antara Telegram dan penggunanya. Sebab, kata dia, pengguna jugalah yang membuat Telegram menjadi populer. "Bukan pemerintah atau pemegang saham atau pengiklan. Sayangnya, perusahaan IT lain terkadang melupakan itu," ucapnya.
Dari pertemuan itu, Telegram akan membuka sebuah saluran komunikasi untuk menghapus konten propaganda teroris secara cepat. "Kami juga akan menambahkan orang yang bisa bahasa Indonesia ke dalam tim kami sehingga bisa memproses laporan tentang propaganda teroris dalam beberapa jam, bukan 1-2 hari," tutur Durov.
Dia menyebut Menteri Rudiantara meyakinkannya bahwa Indonesia menghormati privasi Telegram, seperti yang diajarkan Undang-Undang Dasar 1945 tentang hak individu warga. Sayangnya, menurut Durov, tak semua pemerintah negara-negara besar di Asia bersikap demikian. - BEST PROFIT
PT BESTPROFIT FUTURES - "Ya, seperti Cina, saya sedang melihat Anda sekarang," kata Durov. Ia mengatakan timnya bangga karena tidak pernah membuka satu bita pun data privat ke pihak ketiga sejak Telegram berdiri. "Kami akan tetap begitu di mana pun juga."
Durov mengungkapkan setiap hari ada 600 ribu pengguna yang membuat akun di Telegram dan 20 ribu di antaranya berasal dari Indonesia. "Terima kasih atas dukungannya, Indonesia dan dunia," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar